Respon Disperindag Lamban, KUB Anggrek Berhenti Produksi VCO

(Rumah Produksi VCO jadi hutan)

 

Natuna, metroindonesia.co.id – Kelompok Usaha Bersama (KUB) Anggrek, terpaksa berhenti memproduksi VCO,,gegara tidak punya link pemasaran.

Padahal pemerintah pusat maupun daerah sudah menginstruksikan jajarannya agar mencari solusi pengembangan produk UMKM, guna menghidupkan ekonomi masyarakat.

Sayangnya Disperindag Natuna selaku wakil pemerintah daerah terkesan lamban dan tidak mau tau akan persoalan para pengusaha UMKM ini. Akibatnya pabrik rumahan UMKM produksi VCO terpaksa gulung tikar.

Kita ketahui, potensi kelapa di Natuna untuk dijadikan kopra dan VCO sangat besar mengingat luas kebun kelapa di Natuna
pada tahun 2022, mencapai 9.716 hektar, sedangkan produksinya mencapai 61.71 ton.

Celakanya hingga saat ini Disperindag Natuna belum bisa mendata produk unggulan hasil UMKM dari Natuna agar bisa dipasarkan .

Hal tersebut disampaikan Wabup Natuna. Dirinya sudah menginstruksikan Disperindag agar segera mendata produksi unggulan UMKM Natuna, karena ada pemasarannya. Namun sampai sekarang belum ada laporan yang jelas dari Kadisperindag terkait ini, tutupnya.

Virgin Coconut Oil (VCO) atau yang biasa disebut minyak kelapa murni, salah satu produk yang menjanjikan dan punya nilai jual. Tetapi gegara pemasarannya tidak ada, produksi VCO ini harus kandas ditengah jalan.

Abdul Razak selalu ketua KUB Anggrek dan sekarang berdomisili di Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara, menceritakan, bahwa usaha pengolahan VCO tersebut dibuka pada tahun 2007. Namun akhirnya kandas setelah beroperasi sekitar 5 tahun lamanya.

Razak pun menjelaskan, penyebab utama berhentinya produksi minyak berbahan kelapa itu, karena terkendala pemasaran. Selama ini produknya hanya menjangkau pasar lokal.

“Pemasaran menjadi kendala utama kita. Selama operasi pemasarannya cenderung untuk pasar lokal. Kadang-kadang ada juga kita kirim ke Tanjung Pinang dan Batam, tapi tak banyak,” ucapnya via telepon seluler.

Pada awalnya kata dia, KUB Anggrek beranggotakan belasan orang. Tetapi dipertengahan jalan banyak yang mundur karena pemasaran tidak berjalan dengan baik.

Kendati anggotanya banyak keluar, Razak tidak putus asa, ia berusaha menjalankan usaha tersebut bersama keluarganya walaupun akhirnya tetap kandas.

“Kalau saya tak salah tutup pada tahun 2012 yang lalu. Tapi walaupun disana sudah tutup, sekarang saya buat sendiri di Kelarik,” ujar pria paruh baya tersebut.

Lebih lanjut Razak menyampaikan, saat itu pembuatan minyak kelapa murni dilakuan secara manual. Hanya proses pemarutan kelapa yang menggunakan mesin.

Razak tidak menampik, sebenarnya peluang usaha ini sangat menjanjikan secara ekonomi. Namun demikian, perlu dukungan pemerintah untuk pemasarannya.

Ia berharap ada perhatian pemerintah daerah terhadap usaha ini. Sebab, selain masih potensial dikembangkan di Natuna, nilai ekonominya juga lebih tinggi.

“Sekarang itu kendala utamanya pemasaran. Kita siap produksi kembali berapapun kebutuhannya. Karena kemarin sudah banyak juga yang kita latih untuk buat vco itu, jadi mereka juga siap membantu,” pungkasnya.

Kepala bidang Koperasi dan Usaha Mikro Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro (Disperindagkopum) Natuna, Bina Sofania, membenarkannya.

Menurutnya, sampai saat ini pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Natuna masih terkendala dalam pemasaran.

“Untuk pengembangan UMKM kita masih terkendala pemasaran, salah satu faktornya karena biaya transportasi ke luar daerah yang mahal,” katanya ketika dikonfirmasi, Rabu (25/10/2023).

Kendati demikian, Bina mengatakan, pihaknya terus mendorong UMKM agar semakin berkembang dengan cara mengikuti pameran, baik di dalam maupun di luar Natuna.

Kata dia, agar UMKM Natuna semakin dikenal khalayak ramai, para pelaku usaha juga harus memperbaiki kemasan produk sehingga dapat bersaing di pasar nasional.(mam)

Editor: Soleh

Recommended For You

Avatar

About the Author: metro indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *